Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) bersama Direktorat Perkapalan dan Kepelautan (Ditkapel) Kementerian Perhubungan menyelenggarakan Workshop Ballast Management (BWM), di Hotel Santika Premiere, Hayam Wuruk, Jakarta Barat, Jumat (7/12/2018).
Workshop yang bertema “Dalam Rangka Meningkatkan Implementasi Manajemen Keselamatan dan Pencegahan Pencemaran dari Kapal” dibuka oleh Direktur Perkapalan dan Kepelautan Capt. Sudiyono mewakili Direktur Jenderal Perhubungan Laut Agus H. Purnomo.
Turut hadir perwakilan dari Asian Shipowners Forum (ASF) Capt. Ang Chin Eng, Singapore Shipowners Association (SSA) Michael Phoon, Malaysian Shipowners Association (MASA) Dato H. Amin, Maritime Port and Authority of Singapore Ranabir Chackravarty, dan Malaysian Ministry of Transport Capt. Halim.
Workshop ini diselenggarakan untuk berbagi pengalaman dalam mempersiapkan Indonesia untuk menghadapi aturan BWM yang akan diberlakukan pada 2019.
Ketua Umum DPP INSA Carmelita Hartoto mengatakan, aturan BWM tengah menjadi perhatian stakeholder pelayaran tidak hanya di Indonesia, tetapi juga seluruh stakeholder pelayaran di negara lainnya. IMO mewajibkan kapal untuk menerapkan dan melaksanakan prosedur pengelolaan air ballast, karena Indonesia salah satu negara yang telah ikut meratifikasi Konvensi ini maka sudah sepantasnya mempersiapkan diri dalam pelaksanaannya pada saat konvensi ini diberlakukan
INSA, sambung Carmelita, sebagai wadah berkumpulnya pada para pelaku usaha pelayaran nasional mendukung kebijakan manajemen air ballast. Namun demikian, penerapan kebijakan ini tentu memerlukan ‘kesesuaian’ dengan lingkungan area pelayaran armada nasional sehingga tidak membebankan anggota pengusaha pelayaran namun tetap sejalan dengan tujuan untuk melindungi lingkungan hidup di laut.
Kehadiran perwakilan ASF, SSA, MASA, Maritime Port and Authority of Singapore (MPA), dan Malaysian Ministry of Transport untuk berbagi pengalaman dalam membantu Indonesia mempersiapkan pelaksanaan aturan IMO berkenaan dengan Konvensi Ballast Water management ini.
Carmelita menuturkan beberapa pertemuan terdahulu, INSA sangat concern dan menyarankan bagaimana bila tripartite Indonesia, Malaysia dan Singapore sebagai negara yang saling berdekatan dan memiliki biota laut yang sama baik secara bilateral antar negara maupun secara bersama-sama untuk mendapat pengecualian dari aturan yang cukup memberatkan para pengusaha pelayaran di ASEAN dan tiga negara Indonesia, Malaysia dan Singapore khususnya dalam menerapkan aturan ini dengan bijaksana, dan aman namun tentunya tidak melanggar aturan
“Kami berharap, workshop ini akan diwarnai gagasan segar saling urun ide dari seluruh stakeholder terkait manajemen air ballast. Sehingga akan memberikan masukan yang konstruktif bagi industri pelayaran Indonesia di masa mendatang,” kata Carmelita.
Seperti kita ketahui, pertukaran air ballast merupakan suatu kegiatan penting dalam pengoperasian kapal, untuk mengatur keseimbangan dan menstabilkan kapal di tengah laut. Khususnya pada cuaca laut yang kurang bersahabat
Di sisi lain pertukaran air ballast ini menimbulkan kekhawatiran terjadinya perpindahan dan penyebaran spesies asing yang bersifat invasive dari air ballast. Untuk itu, IMO telah membuat aturan yang telah diratifikasi oleh pemerintah RI dan oleh karenanya diperlukan langkah pengendalian manajemen air ballast dalam menjaga kelestarian biota laut.(*)
NO COMMENT